Persimpangan Mengerikan: Jalan Satu Meter Menuju Ketakutan

Beberapa waktu lalu, sebuah insiden tragis terjadi di persimpangan rel keretaapi di Jenggala, Gresik. Truk bermuatan kayu mengalami tabrakan dengan kereta yang berjalan kencang. Dampak dari kecelakaan ini sangat serius; salah satu petugas kereta meninggal dunia. Pohon-pohon kayu yang dibawa oleh truk itu menusuk area kokpit sang supir.

Persimpangan jalan ini kerap mengakibatkan kecelakaan. Di Citayam, Depok pun telah terjadi beberapa insiden serupa. Meski begitu, frekuensi kejadian tersebut tampaknya belum memberikan pelajaran penting kepada warga setempat, sehingga kasus seperti itu tetap berlanjut.

Kenapa? Sebenarnya hal ini bukan merupakan kesalahan dari pihak KAI. Harap diingat, kereta memang telah disediakan dengan lintas sendiri dan aturan tersebut tercantum dalam peraturan-peraturan yang berlaku. Adanya persimpangan jalan pada rel juga tidak menjadi tugas KAI karena masuk ke dalam wewenang pemerintah daerah setempat.

Kesabaran setipis tisu

Kebijakan utamanya ialah tentang para pemakai jalan raya yang melewati jalur kereta api. Kebanyakan insiden disebabkan oleh kurangnya kesabaran mereka untuk menanti kereta berlalu. Akibatnya, saat gerbang peninggalan telah ditutup, masih ada individu yang mencoba menyusul dengan merayapinya.

Sebenarnya, menanti kereta lewat tidak butuh waktu lama. Biasanya cuma antara lima hingga sepuluh menit saja. Kesabaran bisa mencegah hal-hal buruk terjadi pada kita maupun orang di sekitar kita. Namun, seringkali ada individu yang dipengaruhi oleh sifat egois mereka sehingga merasa apa yang mereka lakukan itu tepat.

Buruan atau menginginkan kedatangan yang singkat menjadi alasan pokok bagi sebagian orang melanggar aturan lintas kereta api. Dengan menggunakan akal sehat, tentunya banyak orang paham bahwa ada cukup banyak individu yang bertujuan serupa; yaitu mencapai destinasi dengan lebih dini. Mayoritas penumpang transportasi biasanya memiliki usaha agar bisa sampai pada titik tujuannya sedikit lebih awal.

Mereka mengabaikan bahwa ada sesuatu yang lebih utama daripada hanya mencapai tujuan dengan cepat, yakni keamanan. Ungkapan tradisional seperti "alon-alon asal kelakon" telah sirna akibat teori " waktu adalah uang", sehingga seseorang rela mengambil risiko hidup demi hal-hal remeh.

Kelembutan seperti kertas tipis, begitulah keadaan para pengendara. Terutama ketika mereka yakin menjadi ahli dalam berkendara, percaya diri dapat menduga situasi selanjutnya. Kelima menit terasa berlarut-larut; cukup waktu bagi mereka untuk menyusuri sela-sela kendaraan lain dengan laju tak tertahan.

"Keretanya terlambat datang dan palangnya telah tertutup," keluh sang supir yang tak mau menunggu.

Meskipun demikian, kecepatan kereta sangat melebihi mobil dan sepeda motor. Walaupun tampak jauh namun bisa saja mendekati dengan cepat. Coba bayangkan kecepatannya, seperti Commuter Line yang dapat mengantar Anda dari Citayam hingga Kota dalam waktu kurang dari satu jam. Sementara itu jika memilih kendaraan pribadi seperti mobil, durasi perjalanannya setidaknya akan menjadi dua kali lipat daripada naik kereta.

Tentang ketekunan ini penting disebarluaskan kepara pembawa kendaraan bermotor atau pemakai jalanan. Sudah pasti kita patut merancangkan metode yang tepat, bisa saja menggunakan komunikasi suara dari petugas gerbang tol, ataupun mendistribusi brosur berisi pesan himbauan dan lainnya. Untuk khususnya driver truk, manajemen bisnis harus menyampaikan instruksi secara gamblang.

Kepedulian pemerintah daerah setempat

Agar mengurangi terjadinya kecelakaan, dibutuhkan keterlibatan dari pemerintah lokal. Setelah semua, hal tersebut menjadi bagian dari tugas mereka sebagai pemegang kendali atas area tersebut.

Pertama-tama, laksanakan pendidikan bagi warga setempat supaya mereka mematuhi aturan ketika melewati rel kereta api. Hal ini sebaiknya mencakup semua tingkatan mulai dari atas sampai ke level RT dan RW. Terutama karena masih ada banyak anak-anak yang menggunakan rel tersebut sebagai area bermain.

Kedua, menghentikan aktivitas di jalur yang sangat berisiko dan kerap menjadi tempat kecelakaan. Hal ini perlu diterapkan secara tegas karena umumnya masih ada penduduk yang akan menolak dengan alasan bahwa mereka sendiri yang merugi.

Ketiga, periksa dan tingkatkan palang pintu kereta api. Pastikan tidak ada ruang kosong yang bisa dimanfaatkan untuk menyusup saat palang turun. Kendaraan dengan pengendali keras kepala masih mencoba menembusi area tersebut bahkan ketika palang telah posisinya di bawah.

Keempat, pastikan fasilitas komprehensif tersedia untuk petugas gerbang kereta. Ini bisa berupa sistem pengeras suara yang baik atau loudspeaker yang kuat. Jika diinginkan, tambahkan tongkat sebagai alat bantu jika ada kendaraan mencoba melintasi batasan tersebut tanpa izin. Selain itu, tingkatkan pula kesejahteraan mereka sehingga tetap dapat melakukan tugasnya dengan hati-hati dan sigap dalam menjaga keamanan gerbang kereta api.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Zodiak Beruntung Tanggal 10 April 2025: Cinta Pisces yang Menggoda

Bolehkah Lakukan Puasa Syawal Sebelum Lunasi Utang Ramadan? Begini Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah

5 Destinasi Tersembunyi di Cianjur yang Patut Dikunjungi: Dari Pantai Jayanti hingga Curug Cikondang