Lebaran Membuat Musim Boros: Gaya Hidup Konsumtif dan Utang di Pinjol Setiap Tahunnya

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE Dosen Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar), Muhammad Sajidin, M.Si menyebut bahwa momen Idulfitri berubah menjadi periode pengeluaran besar-besaran setiap tahunnya di Indonesia.

Menurut dia, kebiasaan boros selama Lebaran telah menjadi suatu tradisi tahunan yang susah untuk dihindari.

"Tiap tahun kita lihat warga bersaing untuk terlihat mewah di hari Lebaran, meski kenyataannya situasi finansial mereka belum tentu mendukung hal itu. Akibatnya banyak orang yang pada akhirnya memilih opsi cepat yaitu dengan berhutang," ujar Sajidin ketika ditemui oleh Tribun Sulbar.com lewat panggilan telpon, Kamsen (20/4/2025).

Menurut dia, di tengah keriuhan pulang kampung, perayaan makan bersama, membeli pakaian baru, dan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), ada sebuah kecemasan ekonomi yang tersembunyi yakni, peningkatan beban hutang rakyat, terlebih lagi melalui layanan pinjam uang daring (pinjol).

"Setelah Idul Adha tahun 2025, beberapa perusahaan fintech melaporkan peningkatan signifikan dalam aktivitas peminjaman konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang lebih memilih untuk meningkatkan status sosial dan merasakan kesenangan singkat daripada mempertimbangkan stabilitas ekonomi mereka di masa depan," katanya.

Sebabnya cukup beragam, termasuk peningkatan biaya kebutuhan dasar, pengaruh inflasi yang meningkat, pertumbuhan pendapatan yang terhenti, serta jumlah simpanan uang yang rendah.

Dosen HI tersebut menyebutkan bahwa di bawah situasi seperti itu, pinjol menjadi opsi cepat tanggap yang sungguh memikat namun tetap berisiko tinggi.

Langkah-langkahnya kencan dan sederhana, namun suku bunganya besar serta sistem pengembalian yang rumit seringkali menjebak banyak keluarga dalam lingkar hutang jangka panjang.

Lebih mengejutkan lagi, hal ini tidak hanya berdampak pada individu saja, tetapi juga dapat mengancam stabilitas ekonomi negara secara keseluruhan," kata Sajidin.

Dia mengatakan bahwa saat kondisi keuangan keluarga terganggu, ketahanan sosial juga menurun.

"Apart dari itu, mengingat kondisi global yang tengah tidak menentu saat ini serta adanya ancaman krisis keuangan dan gelombang pemutusan hubungan kerja disebabkan oleh perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China, Indonesia sangat memerlukan dasar perekonomian dalam negeri yang kuat," jelasnya. (*)

Laporan wartawan Tribun Sulbar.com oleh Anwar Wahab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Zodiak Beruntung Tanggal 10 April 2025: Cinta Pisces yang Menggoda

Bolehkah Lakukan Puasa Syawal Sebelum Lunasi Utang Ramadan? Begini Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah

5 Destinasi Tersembunyi di Cianjur yang Patut Dikunjungi: Dari Pantai Jayanti hingga Curug Cikondang