Berhenti dari Kantor, Pasutri Surabaya Sukseskan Mimpi dengan Usaha Puding dan Berbagi Ilmu di Komunitas dan Sekolah
, SURABAYA Pasangan dari Surabaya, yakni Indra Nila dan Dedi Kurnia, telah memilih untuk mengkhususkan diri dalam bisnis puding.
Pada awalnya, mereka mengambil pemesanan kue, sementara masih berkarir di perusahaan swasta masing-masing.
Dengan berlalunya waktu, puding karakter dan jelly art bernama Nila Art kemudian berganti menjadi De'Nil Pudding Surabaya semakin populer dan banyak mendapatkan pesanan. Terutama di tahun 2014 tersebut belum ada kompetitor dengan produk serupa.
Kebisingan permintaan mendorong suaminya turun tangan ke dalam proses pengiriman barang. Di sisi lain, Nila mengambil alih tanggung jawab di area dapur.
Dalam kegiatan sehari-hari yang padat sebagai karyawan dan pendiri bisnis, kedua belah pihak pun sering kali menghadiri beragam workshop UMKM.
Usaha ini pernah berpartisipasi dalam Program Pahlawan Ekonomi yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya di era kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini.
Nila bersama suaminya menawarkan berbagai macam variasi puding di pasar malam serta acara UMKM.
Keasyikan dalam urusan bisnis keluarganya menyebabkan Dedi memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya di perusahaan sebelumnya agar bisa lebih fokus.
"Di tahun 2016, suami memutuskan untuk mengundurkan diri lebih dulu dan berkomitment untuk mendukung rumah tangga dengan menjual produk-produk tertentu. Sementara itu, dia menekuni usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta memberikan pelatihan dan seminar, sedangkan aku masih bekerja. Kami juga menyewa seorang pekerja bantuan untuk membuat jelly art," jelas Nila pada hari Rabu, tanggal 9 April 2025.
Setahun kemudian, ia pun mengikuti jejak suaminya dengan meninggalkan pekerjaannya di kantor. Keputusan ini tidaklah ringan bagi Nila. Dia merasakan beban dalam meninggalkan karirnya, tetapi permintaan untuk membuat pudding terus bertambah.
Walaupun didukung oleh staf, masih diperlukan keterlibatan penuh Nila di dalam dapur.
"Suamiku menyatakan bahwa kita harus membangun bisnis dari awal dan terus berinovasi dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkannya. Secara perlahan-lahan kita kembangkan, alhamdulillah sampai sekarang bisnis kami masih bertahan meskipun ada pandemi Corona," jelasnya.
Usaha ini menghasilkan keuntungan yang memuaskan. Puding berhasil mendorong Nila serta Dedi meraih gelar Juara Ekonomi Pahlawan dalam kategori usaha rumahan pada tahun 2018.
Beberapa kesibukan tambahan pun muncul, yaitu memberikan pelatihan cara membuat puding kepada penduduk dari sejumlah kelurahan atau kecamatan di Surabaya.
Sebagai guru dan pembimbing, ia bersyukur bisa menyebarkan pengetahuannya bagi warga yang berminat dalam bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mempunyai tujuan memberi dampak baik pada masyarakat.
"Dengan memenangkan penghargaan, permintaan untuk mengajarkan kepada masyarakat menjadi lebih sering, termasuk siswa SMP dan SMK. Yang aku lakukan adalah berbagi pengetahuan dan manfaat," katanya.
"Resep yang kita sebarkan adalah resep yang kami gunakan untuk produksi, tetapi seperti kata pepatah, rezki itu tergantung pada takdir," katanya.
Dodi menyebutkan pula bahwa saat mengelola usaha bersama, mereka tidak selalu merasakan kemudahan.
Di samping urusan produk yang perlu selalu berevolusi, ada juga tantangan dalam hal pengiriman. Terlebih lagi untuk mengantarkan puding dianggap memerlukan penanganan istimewa.
Pada waktu tersebut, belum ada layanan delivery online. Dedi perlu mengantar puding sendiri kepada konsumen-konsumennya.
Tidak hanya pudding, tetapi juga pemesanan tumpeng dan minuman untuk beberapa warung khas di sekitar sana.
"Puding art memiliki cara perawatan yang berbeda, harus dapat mengelolanya dengan baik. Jika terlalu kompleks, tidak bisa dikirim secara mandiri, begitu pula halnya dengan tumpengan," katanya.
Sinergi antara dapur dan bagian operasional bisnis ini telah membawa keberhasilan bagi nama De'Nil Puding Surabaya. Istilah tersebut merujuk pada sebuah rumah besar dengan aliran yang luas mirip seperti Sungai Nil.
Setelah cukup lama membuat puding akhirnya saya menemukan nama De'Nil," kata Dedi. "Dalam bahasa Prancis, 'De' dapat bermakna rumah atau besar sementara 'Nil' merujuk pada sungai terpanjang dan tersibuk di dunia. Semoga harapan untuk kelimpahan rezeki kita meluas dan berkembang sebagaimana aliran Sungai Nil.
Dalam kelolaan Nila, hidangan jelly bukan saja dimakan secara biasa melainkan dipadu dengan berbagai kreasi dan ide-ide baru. Seni jelly, puding yang dilukis, minuman dari potongan puding, es Podeng, serta puding dengan variasi rasa seperti coklat, matcha, kopi dan masih banyak lagi.
Saat merancang produk, Nila menekankan pentingnya berkelanjutan dalam pembelajaran. Awalnya, minuman buatannya cepat rusak dan tak bertahan lama; kadang hanya mampu bertahan antara tiga hari sampai satu minggu sebelum membusuk.
Dia juga menyelesaikan sejumlah kursus dan memaparkan masalahnya kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada waktu tersebut, dengan tujuan mendapatkan penyelesaian untuk tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Solusinya datang dari seorang professor di Universitas Brawijaya yang dipanggil secara langsung oleh Pemerintah Kota Surabaya guna membantu dalam hal sterilisasi botol, pengemasan, serta keamanan dan ketahanan pangan.
"Ini memiliki banyak inovasi namun terbuat dari bahan agar-agar dan jelly. Produk dikirim ke area seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, serta beberapa toko oleh-oleh di Malang dan Batu; spesifik untuk jenis minuman karena dapat bertahan lebih lama. Kirimannya dilakukan setiap pekan," jelasnya.
BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar
Posting Komentar