Autis Bisa Sembuh? Ketahui Fakta Tersembunyi Ini!

"Apakah autisme bisa disembuhkan?"

Masih banyak diskusi mengenai pertanyaan tersebut, mulai dari percakapan dalam sesi konseling, obrolan antar orang tua, sampai ulasan di bagian komentar media sosial.

Banyak orang percaya bahwa melalui terapi spesifik, suplemen khusus, atau pendekatan alternatif lainnya, anak berkebutuhan khusus seperti autis dapat "sembuh" dan menjadi normal. Akan tetapi, apakah hal ini memang benar adanya?

Di belakang harapan tersebut tersimpan kebenaran yang kurang dibicarakan secara terbuka. Autism bukan hanya soal masalah perilaku atau disfungsi komunikasi saja. Sebaliknya, ini merupakan aspek dari sistem saraf serta perkembangan otak yang mendefinisikan cara individu melihat, mengeksplorasi, dan bersosialisasi dalam lingkungan sekitarnya.

Maka, marilah kita bahas lebih lanjut, apakah autisme dapat diobati?

Autisme Bukan Penyakit

Gangguan Spektrum Autis (ASA) atau Autism Spectrum Disorder adalah suatu kondisi perkembangan saraf yang dapat mengubah cara seseorang berkomunikasi, bertindak, dan berinteraksi secara sosial. Berdasarkan Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Jiwa (DSM-5), autis tergolong dalam sebuah spektrum, sehingga tiap orang mungkin akan memiliki tanda-tanda yang cukup bervariasi.

Tidak sama dengan masalah kesehatan jasmani seperti pilek atau infeksi yang bisa disembuhkan melalui pengobatan, autisme bukanlah suatu kondisi yang bisa "lenyap" atau "sembuh". Autisme merupakan keadaan neurologis yang bersifat tetap dan berlangsung selama masa hidup seseorang.

Apa Kata Para Ahli?

Berdasarkan temuan dari National Institute of Mental Health (NIMH), sampai sekarang belum ada pengobatan khusus untuk menghilangkan autisme sepenuhnya. Akan tetapi, metode terapi perilaku, tindakan pencegahan sedari awal, serta bantuan yang sesuai bisa memperbaiki kapabilitas orang-orang dengan spektrum autisme dalam hal komunikasi, pembelajaran, dan adaptasi di tengah-tengah masyarakat.

Dr. Catherine Lord, ahli klinis dan peneliti di bidang autisme, menyatakan bahwa tanda-tanda autisme bisa berkembang sepanjang waktu, namun keadaan fundamentalnya tak lenyap begitu saja.

"Autis tidak boleh diartikan sebagai suatu penyakit yang bisa dipulihkan sepenuhnya. Kami mampu mendukung individu tersebut dalam mempelajari teknik-teknik alternatif serta bertumbuh, namun esensi dari keadaan itu masih akan berlanjut," jelasnya.

Pada saat bersamaan, penelitian yang diprakarsai oleh Deborah Fein dkk. pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa terdapat kelompok kecil anak yang semula menerima diagnosis autisme tetapi selanjutnya tidak memperlihatkan tanda-tanda utama ketika mereka mencapai masa dewasa.

Namun, para peneliti menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti mereka "sembuh", tetapi mereka sudah mengadopsi mekanisme kompensasi luar biasa dengan bantuan terapi yang intens serta dukungan lingkungan yang amat besar.

Hoax dan Ketermiskinan Pemahaman yang Harus Diperbaiki

Sayangnya, kepercayaan akan "pengobatan untuk autisme" masih marak dan dimanfaatkan. Terapi-terapi alternatif, pola makan yang berlebihan, serta suplemen-suplemenajaib dijual dengan klaim dapat menyembuhkan autisme.

Sebenarnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menggarisbawahi kepentingan adanya tindakan berdasarkan data ilmiah dan juga menyuarakan risiko dari metode-metode yang belum dibuktikan secara medis.

Mitosenya bukan saja membingungkan, namun juga dapat meningkatkan stres pada keluarga serta si kecil. Si kecil dikatakan "mengecewakan" bila tak mencapai perkembangan sebagaimana yang didambakan. Sebenarnya, standar keberhasilan nggak bisa dipersempit apalagi diminta untuk serupa oleh semua pihak.

Apa Yang Diperlukan Hanya Ada Dalam Bentuk Dukungan, Bukan Sembuh

Anak berkebutuhan khusus autisme tak harus diobati, melainkan lebih kepada pemahaman serta dukungan yang diberikan. Kita patut menekankan upaya menciptakan suasana agar mereka bisa berkembang dengan keyakinan diri serta terasa dicintai tanpa mesti mengubah identitas asli mereka.

Dr. Stephen Shore, yang merupakan professor di bidang pendidikan khusus serta seseorang dengan diagnosis autisme, sempat berbicara, "Bila Anda sudah bertemu dengan satu orang dengan autisme, artinya Anda hanya bertemu dengan satu orang dengan autisme." Hal ini mengingatkan kita bahwa masing-masing individu pada spektrum tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tak dapat disamar-samakan.

Jadi, Autisme Bisa Sembuh?

Jawapannya: Tidak. Sebab autisme bukanlah suatu penyakit atau hal yang perlu diobati.

Hal yang harus dirubuhkan adalah sudut pandang kita. Alih-alih mengincar 'kesembuhan' yang palsu, marilah kita berusaha mendapatkan pendidikan inklusif, terapi yang bermurah hati, dan pengakuan yang tulus.

Karena di penghujung hari, yang menjadikan dunia ini lebih bersahabat bukannya kesamaan, melainkan keragaman yang disambut dengan terbuka hati.

Dari Harapan ke Kesadaran

Alih-alih terus-menerus menanyakan "Kapan anak ini akan pulih?", sebaiknya kita tanya "Apa langkah-langkah yang dapat saya ambil untuk membantu pertumbuhan dan pengembangan anak ini sesuai dengan potensi alaminya?"

Anak autis tidaklah menjadi suatu masalah yang perlu dituntaskan, melainkan berkah yang memerlukan bimbingan penuh kesabaran, kasih sayang, serta pengertian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Zodiak Beruntung Tanggal 10 April 2025: Cinta Pisces yang Menggoda

Bolehkah Lakukan Puasa Syawal Sebelum Lunasi Utang Ramadan? Begini Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah

5 Destinasi Tersembunyi di Cianjur yang Patut Dikunjungi: Dari Pantai Jayanti hingga Curug Cikondang